Chairil Anwar Ngopi dan Hampir Meledak di Coffee Shop Instagramable



Sebuah Percakapan Imajiner di Kopi Merah Putih

Bayangkan, Chairil Anwar — penyair yang liar dan gelisah itu — hidup di era sekarang. Tubuh ringkihnya bersandar di kursi kayu dengan latar dinding penuh tanaman gantung, sementara tangan kirinya menggenggam segelas kopi susu dingin. Lampu gantung menyala temaram, musik indie Latin pelan mengalun dari speaker. Di depan meja barista: “Life Happens, Coffee Helps.”

Lalu ia berujar,
"Kopi macam apa ini? Pahit, tapi ada manisnya. Kayak hidup!"
Ia tertawa sebentar, lalu murung.

“Gila. Aku mau mati muda, tapi kenapa kopi ini bikin aku pengen hidup lebih lama.”


Imajinasi Bertemu Rasa

Percakapan imajiner ini adalah bentuk penghormatan kami terhadap semangat dan kegelisahan para pemikir seperti Chairil Anwar. Sosok yang tak pernah takut berkata jujur, bahkan di tengah dunia yang gemar bersolek. Kami percaya, kopi adalah medium. Tempat percakapan lahir, perlawanan tumbuh, dan ide-ide mekar.

Di Kopi Merah Putih, kami tidak hanya menyajikan kopi. Kami menyajikan ruang. Tempat Anda bisa membaca, menulis, berdiskusi — atau sekadar termenung memikirkan baris puisi yang belum selesai.


Promo Spesial: “Puisi dan Kopi Tak Pernah Mati”

Dalam rangka memperingati warisan sastra dan semangat kebangkitan pemikiran, Kopi Merah Putih menghadirkan promo spesial:

Diskon 10% untuk setiap pengunjung yang datang sambil membawa buku puisi lokal
Hanya berlaku di outlet Kopi Merah Putih Bandung – Jl. Sukapura No.62, Dayeuhkolot

Karena di balik secangkir kopi, bisa saja duduk sosok seimajiner Chairil Anwar - dan dunia tak pernah lagi sama.

Comments

Popular posts from this blog

☕ Kopi Merah Putih: Kedai Kopi Nasionalis Kontemporer di Bandung

Kenikmatan Kopi di Setiap Tegukan: Menyajikan Cita Rasa di Kopi Merah Putih

Menghidupkan Jiwa Nasionalisme Melalui Kedai Kopi